Puisi Obor Asian Games

Obor Asian Games


Pembawa obor 
Jejak langkah kakinya berjalan sendiri
Menapaki bumi bergelombang
Mengelilingi Indonesia
Jejak kakinya
Di ikuti oleh semangat yang tak pernah padam
Api yang membara
Membangkitkan semangat anak bangsa
Yang hari ini bangkit tuk menjadi pemenang
Kalau sudah ayam jantan berkokok di tiga selatan. 
Insyaallah Indonesia akan berjaya

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

kenapa saya memilih SMAN 68?

Kenapa Saya Memilih SMA Negeri 68 Jakarta?         Hai guys, kenalin nama saya Fadya Aisyah M.D. biasa dipanggil Fadya. Sekarang saya bersekolah di SMAN 68. Jadi saya mau cerita kenapa sih saya memilih SMAN 68. Pertama kenapa sih saya masuk  SMA  Negeri 68 karena sekolahnya dekat dengan rumah saya. Terus  KK (kartu keluarga) saya masuk lokal SMAN 68. Walaupun saya masuk lokal, pasti nilai siswa-siswi sekolah lain lebih tinggi, jadi NEM yang relatif tinggi langsung daftar, Terus  NEM saya gak tinggi banget, hanya 353.0, saya cuma bisa harap cemas saat saya daftar SMA Negeri 68. Saya daftar PPDB hari kedua, jadi saya bisa liat nilai-nilai siswa lain. Terus NEM saya masih bisa, dan saya cuma bisa berdoa biar gak kelempar/ketendang ke sekolah lain. Karena dari dulu saya  sudah berencana saat saya SMA, sekolah SMA yang saya tuju harus negeri, kalo bisa SMAN 68 (kenapa gak SMAN 8 atau SMAN 81 atau yg lain, karena jauh dari rumah saya h...
Read more

General Of The Army Raden Soedirman

General of the Army Raden Soedirman Soedirman was a high-ranking Indonesian military officer during the Indonesian National Revolution. Born in Purbalingga, Dutch East Indies.  Soedirman moved to Cilacap in 1916. A diligent student at a Muhammadiyah-run school, he became respected within the community for his devotion to Islam. After Indonesia proclaimed its independence on 17 August 1945, Sudirman led a break-out then went to Jakarta to meet President Sukarno. Tasked with overseeing the surrender of Japanese soldiers (PETA) in Banyumas, he established a division of the People's Safety Body there. On 12 November 1945, at an election to decide the military's commander-in-chief in Yogyakarta. and he was ultimately confirmed on 18 December.  In late 1949 Sudirman's tuberculosis relapsed, and he retired to Magelang, where he died slightly more than a month after the Dutch recognised Indonesia's independence. He is buried at Semaki Heroes' Cemetery in Yogyakarta....
Read more